Jayapura, admediapapua.com – Penjabat Gubernur Papua Ridwan Rumasukun menyampaikan, Sebagai sebuah provinsi yang kaya dengan keberagaman suku, agama, dan kepercayaan semua pihak di papua memiliki tanggung jawab untuk merawat setiap benih kerukunan tersebut.
Hal ini disampaikan Ridwan Rumasukun saat membuka Seminar Internasional Agama, Moderasi dan Multikulturalisme Institut Agama Islam Negeri Fattahul Muluk Papua bekerjasama dengan Univerisiti Kebangsaan Malaysia, selasa (07/11/2023).
“Kita harus menempuh jalan yang kadang tidak mudah ini dengan kebijaksanaan dan keberanian hati, memastikan bahwa setiap perselisihan diolah dengan dialog yang membangun dan sikap yang mengedepankan kesatuan,”ujar Ridwan.
Dikatakan, secara universal saat ini agama seringkali dipandang sebagai sumber konflik diberbagai belahan dunia, akan tetapi di Papua agama merupakan sumber kedamaian dan perdamaian “ Sebagai seorang Muslim di Papua, saya telah belajar bahwa Islam yang saya anut mengajarkan moderasi, yang berarti menjauhi ekstrem baik dalam keyakinan maupun dalam praktek. Moderasi ini tidak lain adalah refleksi dari konsep “wasatiyyah” yang menjadi prinsip hidup dalam Islam, yaitu jalan tengah yang membawa rahmat bagi seluruh alam,”tutur Ridwan.
Sebagai Pejabat Gubernur di Papua yang diberi Amanah oleh pemerintah, dirinya bersaksi bahwa di Papua nyanyian keragaman yang berbaur dengan harmoni kehidupan masyarakatnya yang sangat majemuk, sesungguhnya sejalan dengan tema seminar yang diusung hari ini, yaitu Agama, moderasi dan multiculturalisme.
Membicarakan Papua, Lanjut Ridwan, sebagai sebuah wilayah administrasi merupakan sesuatu yang biasa saja, namun Ketika dikontekstualisasi pada keragaman etnis yang dimilki, aneka warna kearifan yang di praktekkan oleh masyarakatnya, maka menunjukkan suatu mozaik yang rumit namun indah, karena keragaman bukan hanya kata-kata melainkan sebuah realitas hidup yang dinamis, dan setiap hari dirayakan sebagai sebuah anugerah kehidupan.
Seminar ini melibatkan sedikitnya 10 Perguruan tinggi ternama, tetapi juga melibatkan dua negara yaitu Indonesia dan Malasiya.[red]