Nabire, admediapapua.com — Dalam rangka mengatasi penyebaran HIV/AIDS yang terus meningkat secara signifikan di Papua Tengah, sebuah kegiatan kemanusiaan bertajuk “Darurat Kemanusiaan dengan Penyakit HIV/AIDS” resmi digelar di Auditorium RRI Nabire. Acara ini berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 16 hingga 18 Juni 2025, dan terbuka bagi seluruh masyarakat tanpa dipungut biaya.
Kegiatan diawali dengan sambutan dan pembukaan secara simbolis melalui penepukan tifa oleh dr. Kornelis Pakage, S.KM., M.Kes, yang menegaskan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman HIV/AIDS. Dalam pidatonya, beliau menyampaikan keprihatinan mendalam atas kondisi terkini di Papua Tengah.
“Seminar dan pemberdayaan gratis ini sudah kami siapkan untuk masyarakat luas. Undangan telah kami sebarkan ke seluruh gereja umat Protestan, umat Katolik, umat Muslim — seluruh komponen masyarakat diundang. Karena ini bukan hanya kegiatan kesehatan, ini adalah darurat kemanusiaan,” tegas dr. Kornelis.
Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah tahun 2024, Papua Tengah kini menduduki peringkat pertama secara nasional dalam jumlah kasus HIV/AIDS, dengan lebih dari 22.000 kasus tercatat. Kabupaten Paniai berada di posisi ketiga dalam jumlah kasus, sementara sektor pendidikan berada di peringkat kedua terbanyak orang dengan HIV/AIDS.
“Ini bukan lagi sekadar isu kesehatan, ini adalah darurat manusia. Sayangnya, sejak pandemi COVID-19, pembicaraan tentang HIV/AIDS tenggelam. Ketika COVID muncul, HIV/AIDS seperti dilupakan. Tapi data menunjukkan kasus HIV/AIDS malah meningkat hingga beberapa kali lipat setelah pandemi,” lanjutnya.
Ia juga menegaskan bahwa diperlukan upaya kolektif dan kesadaran lintas sektor — termasuk dari gereja, tokoh agama, pendidik, dan media — untuk menyuarakan kondisi ini. Tanpa keterlibatan bersama, masyarakat bisa saja menganggap situasi ini sebagai hal yang biasa dan kehilangan rasa urgensi.
“Kalau kita, yang tahu, hanya bicara biasa-biasa saja, masyarakat pun akan ikut santai. Ini tugas kita bersama. Kalau tidak kita sampaikan, siapa lagi? Selama ini hanya tenaga kesehatan yang berbicara, tapi yang lain diam. Padahal ini masalah kemanusiaan,” ujarnya di hadapan peserta seminar.[red]